Rabu, 13 April 2011

KETIKA KAU MENGGILAI DUNIAKU

Apa yang bakalan terjadi kalo seseorang menggilai dunia orang laen? Sebenernya, topik ini emang aneh bin geje, tapi yah, akhirnya gw angkat juga di sini. Hehehe.. :p

What if they ruin ur world by liking them too? Gak masalah sebenernya kalo orang laen suka juga sama apa yang kita suka. Itu nge-buktiin kalo kita bisa jadi insipirasi buat orang laen. Cuman masalah yang mau gw angkat adalah, kalo sampe seseorang ngusik dunia lo dengan tameng “suka” terlebih dulu. Nah loh, bingung kan?

Anggaplah kita adalah penggila sesuatu yang terbilang minor. Terkadang ada perasaan khawatir, “hobi gw bisa diterima gak ya sama mereka?” Dan akhirnya, kita justru berusaha menyesuaikan diri dan membaur dengan dunia orang laen di sekitar kita, tapi kadang kita gak bisa karena emang arah mereka beda sama kita.

Dari situlah, muncul sebuah perasaan dari sebagian orang, “ah, bodo amat, ini dunia gw kok”. Meskipun kita gak selalu mampu menyalurkannya lewat kata2, melalui kelakuan dan kebiasaan, kita bisa nunjukin “ini dunia gw” ke mereka. Meskipun jalannya gak selalu mulus2 aja dan mungkin banyak pertentangan dari orang2 di sekitar kita.

Tapi, sebagian orang lagi, justru makin menekan perasaannya dan cuman bisa diem. Mereka berusaha menutupi dunia mereka karena takut dibilang freaky, nerdy, ato apalah yang sejenis itu. Pada dasarnya, seseorang ingin dihargai dan bisa berinteraksi secara normal dengan orang laen. Tapi, kenyataan gak selalu semanis harapan kita.

Terkadang, hal minoritas malah jadi sesuatu hal yang menarik. Why? Coba deh kita liat. Musik jazz, misalnya. Gak semua orang kan, suka sama genre musik ini. Tapi nyatanya, musik jazz tetep digemari dan terkesan elegan karena kebanyakan penikmatnya dari kalangan menengah ke atas.

Nah, saat kita suka sama sesuatu yang gak semua orang suka, kadang kita menjadi berbeda. Mungkin perbedaan inilah yang bikin orang ngerasa gak nyaman. Tapi coba kalo ada seseorang yang bisa nerima dunia kita yang “berbeda” itu. Wah, seneng banget pastinya, kan. Kita pun dengan antusias pengen berbagi cerita sama mereka.

Saat kita mulai berbagi dunia kita dengan mereka, sebentuk senyum dan tawa kecil dari mereka bisa jadi penyejuk buat kita. Perlahan tapi pasti, mereka pun jadi bagian dari dunia kita dan mulai mencari tau lebih banyak. Mereka makin tertarik dan akhirnya menggilai dunia kita. Di sinilah poin utamanya.

We’re in the same path now. Kita mulai menjalani dunia minoritas kita bareng mereka. Awalnya, semua fine2 aja. Sampe suatu ketika, mereka malah ninggalin kita karena dunia kita udah sama. Kok bisa? Mereka nemuin sisi laen dari dunia kita yang gak pernah kita sadari. Mereka lebih menonjol dan lebih paham tentang dunia kita. Sekarang, mereka berjalan di alur mereka sendiri tanpa kita. Then what?

Rasa sakit dan kecewa pun muncul. Sambil sesekali terbayang kebersamaan yang pernah dijalanin bareng mereka. Terlintas di pikiran, “andai aja gw gak pernah berbagi dunia gw ke mereka”. Perasaan kayak gini lebih pas kalo dibilang “jealousy”. Saat kita dengan wholeheartedly berbagi bahagianya dunia kita ke mereka, mereka justru ninggalin kita ketika mereka lebih diakui dari kita.

Sebenernya, hal kayak gitu sering terjadi dalam komunitas. Yah, emang nyebelin sih kalo cemburu sama temen se-komunitas. Nah, coba deh kita berusaha lapang dada dan nerima mereka sebagai bagian dari dunia kita. Toh, kita juga yang awalnya mengenalkan dunia kita ke mereka. Jalanin aja dunia kita masing2. Meskipun dunia kita udah sama, pasti bakalan tetep ada perbedaan.

Selama kita masih di jalur kita masing2, so far so good-lah. Yang penting, kita sama2 bisa menghargai pendapat masing2. Karena perbedaan-lah yang justru bikin kehidupan kita berwarna, kan J

1 komentar: